Korut Masih Bungkam Soal Kondisi Kim Jong-un, Siapa Berpeluang Gantikan Kekuasaan? Di tengah bungkamnya Korea Utara atas beredarnya kabar menyebut kondisi kesehatan pemimpin mereka, Kim Jong-un, dalam keadaan parah muncul kekhawatiran soal siapa yang akan menggantikan posisinya sebagai penguasa baru di negara berkekuatan nuklir yang sudah tujuh dekade dipimpin oleh satu dinasti.
Teka-teki kondisi kesehatan Kim beredar setelah dia absen dalam upacara peringatan kelahiran kakeknya, Kim Il-sung, pada 15 April lalu. Acara itu adalah peringatan penting terhadap pendiri negara Korut. Kim sebelumnya tidak pernah absen dalam acara kenegaraan tersebut sejak dia naik ke tampuk kekuasaanya menggantikan ayahnya pada 2011.
Kantor berita pemerintah Korut Rabu lalu mengatakan Kim mengirimkan ucapan terima kasih kepada Presiden Suriah Basyar al-Assad sebagai bentuk balasan ucapan selamat ulang tahun atas kelahiran kakeknya. Namun media Korut tidak melaporkan kegiatan lain Kim Jong-un selain ucapan terima kasih itu. Sementara Korea Selatan berulang kali mengatakan tidak perkembangan yang tidak biasa di Korut di tengah isu soal kondisi kesehatan Kim.Agen Bola Sbobet
Kim adalah generasi ketiga di keluarganya yang berkuasa di Korut dan selama ini keluarganya selalu membangun citra mereka sebagai orang kuat yang disanjung dan dihormati di seantero negeri. Kepercayaan keluarganya meyakini hanya keturunan atau titisan garis darah Paektu yang diberi perintah langsung untuk memimpin Korut. Paektu adalah nama puncak gunung tertinggi di Semenanjung Korea.
Berpeluang lebih dari 90 persen
Jika demikian maka hanya adik perempuan Kim Jong-un yaitu Kim Yo-jong yang menjadi kandidat satu-satunya pengganti sang kakak jika dia lengser karena sakit parah atau bahkan meninggal. Namun sejumlah pengamat menilai, kepemimpinan kolektif bisa jadi mengakhiri dinasti kekuasaan di Korut.,
"Di antara elit Korut, Kim Yo-jong mempunyai peluang terbesar untuk mewarisi kekuasaan dan kemungkinannya bisa lebih dari 90 persen," kata pengamat Cheong Seong-chang di Institut Sejong di Korsel, seperti dilansir laman Al Arabiya, pekan lalu.
"Korut itu seperti dinasti dan kita melihat keturanan Paektu sebagai darah biru maka hampir tidak mungkin ada orang lain yang mengambil alih kekuasaan selain Kim Yo-jong."
Diduga berusia 30-an tahun, Kim Yo-jong kini menjabat sebagai kepala propaganda Korut dan awal bulan ini dia juga menjadi anggota elit Politbiro di Korut.Agen Casino 338a
Dia juga sudah beberapa kali muncul bersama Kim di depan publik di antara para pejabat laki-laki. Dia juga menemani Kim Jong-un dalam pertemuan bersejarah dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan sejumlah pemimpin dunia lainnya dalam beberapa tahun terakhir. Dalam berbagai pertemuan itu para pejabat dunia meyakini dia adalah orang nomor dua di Korut.
"Alasan paling mendasar adalah anggota keluarga yang akan menjadi penguasa berikutnya untuk menggantikan Kim Jong-un," kata penasihat keamanan nasional AS Robert O'Brien kepada wartawan Selasa lalu.
"Tapi sekali lagi masih terlalu dini untuk membahas itu karena kita tidak tahu bagaimana kondisi Ketua Kim dan kita harus menunggu bagaimana kelanjutannya."
Kepemimpinan kolektif
Fakta bahwa betapa Korut adalah negara patriarki membuat sebagian kalangan menilai Kim Yo-jong hanya akan menjadi sosok pemimpin sementara dan bisa digantikan oleh kepemimpinan kolektif seperti yang terjadi di berbagai negara lain setelah pemimpin diktator komunis mereka meninggal.
"Politik Korut dan pergantian tiga kekuasaan sebelumnya selalu berpusat pada laki-laki. Saya ingin tahu apakah dia bisa mengatasi masalah pergantian kekuasaan di negara sosialis itu," kata Nam Sung-wook, profesor di Universitas Korea di Korsel.
Kepemimpinan kolektif tampaknya akan dipimpin oleh Choe Ryong Hae, sosok kepala acara peringatan negara yang secara resmi adalah orang nomor dua di Korut, kata Nam. Tapi Choe bukanlah anggota keluarga Kim dan itu bisa membuat legitimasinya dipertanyakan. Jika ini terjadi maka Korut akan masuk dalam kekacauan politik, kata sejumlah pengamat.
Selain Kim Yo-jong yang bisa menggantikan kekuasaan adalah Kim Pyong-il, laki-laki 65 tahun kakak tiri Kim Jong-il yang dilaporkan baru kembali November lalu setelah berpuluh tahun di Eropa sebagai diplomat.
Kim Pyong-il yang berusia senior bisa membuat dia "orang yang masuk akal untuk mengepalai kepemimpinan kolektif dari Komisi Urusan Negara dan menjadi sosok pembina bagi pergantian kekuasaan berikutnya," kata Leif-Eric Easley, profesor di Universitas Ewha di Seoul.
"Namun dinamika elit politik dan bahaya keamanan negara bisa membuat dia bukan sosok yang tepat." Agen Judi Online Terpercaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar